Angkota, Hanya Tuhan dan Supirnya yang Tahu Kapan Dia Akan Berhenti

Ngiiikkkk...., bunyi rem sepeda motor yang saya naiki menjerit ketika tiba-tiba Angkot (kendaraan umum khas negeri ini) tiba-tiba berhenti di depan saya tanpa memberi tanda lampu sen. Inilah yang khas di Depok, kota dimana istri saya dibesarkan.

Angkot atau juga kita kenal Angkutan Kota memang hal yang unik. Kendaraan kecil ini begitu lincah menyusuri jalanan kota sembari sesekali berhenti di pinggir jalan untuk menurunkan dan menaikkan penumpang.

Budaya menurunkan dan menaikkan penumpang inilah yang membuat saya berpikiran bahwa hanya Tuhan dan Supirnyalah yang tahu kapan dia akan berhenti. Berhenti mendadak yang kadang tidak memberikan tanda bagi pengendara lain di belakangnya kadang membuat kita harus menginjak rem kuat-kuat jika tidak ingin menabrak pantat dari angkot ini.

Sumber gambar: http://moiindra.wordpress.com/2008/11/page/3/

Ilmu Web Designer yang Tanggung

Teknologi informasi sepertinya akan terus berkembang, jauh dari pikiran yang saat ini kita bayangkan. Teknologi internet yang awalnya digunakan untuk teknologi pertahanan akhirnya berkembang lebih pesat lagi sehingga bisa digunakan masyarakat secara umum. Saya pun merasa hanya setitik kecil dari ilmu itu yang baru saya kuasai.


Beberapa pesanan website yang sekarang sudah mengarah ke sistem database mau tidak mau memaksa saya untuk belajar. Pemrograman semacam MySQL, PHP, ASP Net dan program-program lainnya adalah segelintir kecil dari banyak program lain yang belum saya pahami.

Jalan terbaik mungkin adalah menarik orang untuk ikut bergabung dalam usaha ini. Ini karena ilmu kita ternyata sama sekali tidak memadai dan kita membutuhkan tenaga profesional lainnya. Mungkin inilah yang sering di katakan oleh Pak Purdhi Candhra, pendiri Primagama yang mengatakan bahwa untuk mendirikan perusahaan besar kita tidak harus bisa semua hal yang kita inginkan. Kita hanya butuh orang-orang pintar sesuai bidangnya yang bisa kita pekerjakan di perusahaan.

Kegelisahan Ketika Menginjak Usia 30-an, Menantikan Mr./Miss. Perfect, Kalau Tidak Ada ya Mr./Miss. Right Now

Ada banyak kisah suka duka saat kita belajar dan bekerja di negeri Kiwi ini. Ada yang akhirnya putus dengan kekasih lamanya karena menemukan sosok pendamping yang didambakan dan akhirnya menikah dengannya.

Ada pula yang lama menunggu kehamilan di Indonesia namun akhirnya istri hamil setelah satu bulan di New Zealand, itulah yang kami alami.


Ada pula yang sampai saat ini masih menunggu Mr. Perfect dan Miss. Perfect. Saya tidak tahu sampai kapan mereka akan mendapatkannya, hanya saja kita ikut berdoa untuk mereka sehingga mendapatkan Mr. dan Miss. Perfect yang mereka dambakan.

Ide untuk menulis ini sebenarnya karena saya teringat pernah membaca sebuah artikel di harian Dominion Post New Zealand. Saya lupa judulnya, tapi artikel itu memang cukup menarik bagi saya, meskipun bukan untuk saya pribadi, tapi untuk teman-teman saya yang belum kunjung menikah karena menantikan Mr. dan Miss. Perfect.

Artikel ini tidak bermaksud mengesampingkan peran takdir dalam kehidupan, tapi ingin mencoba membahas dan mengupas lebih dalam dari perspektif lain yang lebih logis.

Artikel itu cukup ringkas, namun cukup dalam isinya. Isi awalnya bercerita tentang gelisahnya kaum Hawa (wanita) yang mulai resah ketika menginjak usia 30 tahunan karena belum juga mendapatkan pendamping. Meskipun mereka sudah mapan secara finansial dan pendidikan. Ketidak adaan seorang pendamping ternyata tetap membuat membuat mereka resah.

Dari beberapa hasil riset yang disampaikan dalam artikel itu, ada beberapa penyebab mengapa kaum Hawa harus menunggu begitu lama untuk mendapatkan pendamping. Pada usia di bawah 30 tahunan kebanyakan dari mereka menantikan Mr. Perfect untuk menjadi pendamping hidup mereka. Ini bukan hanya karena dipengaruhi oleh diri mereka sendiri, namun juga dipengaruhi oleh media-media dari luar sehingga mereka berpikir seperti itu.

Kisah-kisah dalam film, novel dan buku-buku banyak menggambarkan Mr. Perfect sebagai pendamping hidup terbaik bagi seorang wanita. Masalahnya dalam kehidupan nyata tidaklah banyak tersedia Mr. Perfect seperti yang digambarkan itu.

Pilihan pun akhirnya jatuh pada Mr. Right Now ketika usia kaum Hawa menginjak 30 tahunan lebih.

Dalam hal ini, bagi saya tidaklah menjadi masalah, tergantung dari mereka yang ingin menjalani. Hanya saja ada baik kita juga membuat listing dari standar dan persyaratan yang menurut kita baik. Membuat listing standarisasi dari Mr. Right Now tampaknya bisa kita gunakan untuk menilai sang Mr. ini layak atau tidak menjadi pendamping. Katakanlah dari standarisasi yang kita buat dan Mr. Right Now sudah memenuhi lebih dari 51% dari standar yang kita buat, maka itu cukup acceptable.

Ada komentar lain?

Ujian Nasiona (UN), Akhirnya Dimulai Juga (Membahas Kemampuan Speaking Bahasa Inggris Siswa Indonesia)

Pagi ini, Ujian Nasioan (UN) pun dimulai. Ujian nasional yang seakan-akan menentukan nasib siswa-siswa Indonesia. Saya pun yang mengajar Bahasa Inggris untuk kelas 3 SMP dan SMA ikut sibuk membantu mereka belajar Bahasa Inggris.


Belajar bahasa Inggris di sekolah-sekolah di Indonesia sangatlah sulit, itu menurut versi saya. Kompleksnya tingkat pemahaman grammar, jenis-jenis teks dan vocabularies yang cukup kompleks banyak digunakan dalam pembuatan soal UN.

Lalu bagaimanakah dengan kemampuan speakingnya? Ini yang menjadi masalah. Sekolah tak banyak membantu dalam hal ini. Lembaga-lembaga kursus di luar sekolah justru yang banyak mengambil peran dalam hal ini.





Lembaga-lembaga bimbingan belajar yang menawarkan kursus bahasa Inggris untuk speaking class menjadi pilihan untuk mengembangkan kemampuan mereka. Untuk grammar dan tenses, sepertinya pelajaran dari sekolah cukup kompleks sudah.

Universitas dan Politeknik di New Zealand

Sebelumnya saya pernah membuat list tentang beberapa universitas dan politeknik di New Zealand. Hanya saja waktu itu lebih fokus yang hanya berada di kota Wellington. Nah kali ini kita akan membaca beberapa listing universitas dan politeknik yang berada di seluruh negara ini.





Bagi yang mau mendaftar di sana, silakan klik langsung aja di linknya.



↓ Primary campus ↓ Additional locations ↓ Established ↓ Students (2007)[1] ↓ R&D $M (2004)[2] ↓
Auckland University of Technology Auckland
2000i &0000000000022757.00000022,757 &0000000000000021.80000021.8
Lincoln University Lincoln, Canterbury
1878 &0000000000003484.0000003,484 &0000000000000019.20000019.2
Massey University Palmerston North Albany, Wellington 1927 &0000000000034760.00000034,760 &0000000000000073.10000073.1
University of Auckland Auckland
1883 &0000000000038502.00000038,502 &0000000000000124.400000124.4
University of Canterbury Christchurch Nelson, Timaru, Tauranga, Rotorua, New Plymouth, Greymouth[3] 1873 &0000000000017768.00000017,768 &0000000000000029.50000029.5
University of Otago Dunedin Christchurch, Wellington, Auckland, Invercargill, Alexandra 1869 &0000000000020543.00000020,543 &0000000000000106.300000106.3
University of Waikato Hamilton Tauranga 1964 &0000000000012207.00000012,207 &0000000000000038.40000038.4
Victoria University of Wellington Wellington
1897 &0000000000022459.00000022,459 &0000000000000041.90000041.9

Universitas Terbaik di New Zealand

Kuliah di New Zealand atau Selandia Baru? Kenapa tidak? Nah, berikut ini adalah beberap universitas di New Zealand atau Selandia Baru yang masuk dalam top list universities in the world. Disimak ya...., kalau tertarik, silakan langsung daftar saja.


Kalau mau kuliah di Wellington, bisa pilih yang Massey University, Canterbury dan Otago. Ada sih pilihan lainnya, misalnya Victoria University of Wellington.

Institution ↓ 2004 ↓ 2005 ↓ 2006 ↓ 2007 ↓ 2008 ↓ 2009 ↓
University of Auckland 67 52 46 50 65 61
University of Otago 114 186 79 114 124 125
University of Canterbury NR NR NR 188 186 188
Massey University 108 188 NR NR NR NR

Selamat mendaftar ya..

Bekerja dengan Bayaran Perjam di Indonesia? Mungkin Ga Ya?

Bekerja perjam di New Zealand? Itu sangat mungkin. Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Ada sih, tapi tidak sebanyak di New Zealand. Bagusan mana sih sebenarnya bekerja dengan gaji perjam dan perbulan? Yuk kita bahas ya.







Dulu waktu masih di New Zealand, bekerja dengan bayaran perjam (perhour) adalah hal yang sangat umum. Ini sangat bermanfaat saat kita masih belajar sebagai mahasiswa di sana. Dengan sistem perjam pelajar dapat mengatur waktu bekerja dan belajar dengan lebih efektif, memperkirakan berapa jumlah uang yang ingin di dapat dalam waktu seminggu dengan kesibukan belajar di kampus. Sungguh mengasyikkan.

Pekerjaan dengan sistem salary permonth kebanyakan hanya diperuntukkan untuk para karyawan-karyawan pabrik dan eksekutif di negara itu. Untuk pekerjaan part time bagi mahasiswa dan pelajar, kebanyakan memakai sistem perjam.

Untuk di Indonesia, bayaran sistem perjam masih sangat jarang. Kalaupun ada biasanya dengan sistem persesi. Ini yang biasanya yang didapatkan oleh guru dan tutor bimbingan belajar di Indonesia. Hitungannya per-90 menit, tidak perjam.

Lalu bagaimana untuk pekerjaan paruh waktu bagi siswa Indonesia yang dibayar perjam? Ada atau tidak? Sepertinya sistem di Indonesia belum terlalu familiar diterapkan dengan sistem seperti ini. Padahal kalau diterapkan sebenarnya akan banyak membantu siswa dan mahasiswa Indonesia.

Berencana Mendirikan Perusahaan

Setelah pulang dari New Zealand, kesibukan di rumah bukannya berkurang, tapi malah semakin bertambah. Jika kesibukan di Selandia Baru adalah kuliah dan bekerja part time, maka kesibukan di Indonesia adalah bekerja dan bersama istri mengasuh putri kami, Kheira Alexandrina Andoyo.


Ada harapan besar dari kami berdua untuk memulai merintis berwirausaha. Entah nantinya menjadi sebuah PT, CV atau jenis perusahaan lain saat ini masih menjadi pikiran kami berdua.

Jika Pembaca memiliki ide dan saran, tolong dong minta saran dari teman-teman. Kira-kira jenis lembaga usaha apa yang paling cocok dan murah meriah, apakah PT (perseroan terbatas) atau CV.

Jujur anggaran kami saat ini sangat terbatas. Bismillahirrahmanirrhiim.... Semoga dimudahkan.

Auckland dan Wellington, Pilih Mana Ya?

Sering pembaca bertanya dan berdiskusi dengan saya baik melalui Facebook dan YM, bagusan mana sih antara kota Auckland dan Wellington? Jawabannya adalah relatif ya. Tergantung kita ke sana mau ngapain.







Jika Anda bertujuan untuk kuliah, maka Wellington saya rasa adalah pilihan terbaik. Udara yang sejuk, tingkat keamanan yang tinggi, kondusif, jarang terjadi kemacetan dan yang jelas citizen atau warganya asyik-asyik. Mereka tidak segan-segan untuk menyapa jika kita tersenyum kepada mereka.

Untuk Auckland, jika Anda berminat untuk bekerja dan berbisnis, kota ini bisa menjadi pilihan. Hanya saja persaingannya sangat ketat. Bukan hanya dengan tenaga kerja dari Indonesia, tapi juga dari negara lain-lain semisal Philiphina, Malaysia, China, Thailand dan Vietnam.

Keramahan warganya juga sangat jauh berbeda. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh koran Dominion Post, Wellington adalah salah satu kota yang keamanannya paling kondusif di New Zealand. Kalau Auckland? Tingkat kriminalitasnya termasuk paling tinggi di bandingkan di kota-kota lain di Selandia Baru. Hayo, mau pilih mana?