Wellington, Kota Berangin yang Indah Minim Debu
Alhamdulillah, akhirnya kami sudah dua bulan berada di Wellington, New Zealand. Kota yang sepi, dimana harga mobil hanya Rp.4 jutaan tapi harga motor sampai puluhan juta. Jadi di sini harga mobil lebih murah ketimbang harga motor.
Kota Wellington lagi windy (berangin) soalnya lagi autum (musim peralihan summer ke winter). Suhunya berkisar 12 derajat celcius, sejuk tapi panasnya juga terik. Kotanya tenang banget, hampir nggak ada traffic light di sini, semuanya benar-benar berdasarkan kesadaran pengemudi mobilnya. Jadi saat ada persimpangan, masing-masing pengemudi seakan sudah tahu harus memberikan kesempatan mobil yang lain untuk lewat.
Dua bulan lalu, tepatnya tanggal 31 Januari 2009 kami berangkat dari Jakarta jam 20.45 WIB. Bersama istriku tercinta kami dari Bojonggede diantar oleh ayah mertua, saudari kembar istriku dan adikknya. Sampai di sini jam 02.30 pm 1 Februari 2009.
Masuk imigrasi bayar fiskal Rp.2,5 juta. Sebenarnya bisa sih gratis dengan menunjukkan NPWP yang sudah dibuatkan oleh perusahaan tempatku bekerja dulu. Tapi dampaknya kalau aku kerja, gajiku di New Zealand bakalan kena potong pajak dengan standar pajak Indonesia. Akhirnya kami putuskan tidak pakai NPWP untuk bayar fiskal.
Sampai di depan ruang tunggu Qantas Airways kami masih bawa dua botol Aqua. Padahal membawa cairan lebih dari 200 mililiter dilarang masuk, jadi dua botol itu kami habiskan berdua dengan istri. Perut jadi kembung karena air.
Ini pertama kalinya kami naik Airbus. Pesawat lumayan gedhe dengan fasilitas yang cukup komplit. Nyaman.
Dari Jakarta sampai Sydney membutuhkan waktu 7 jam 40 menit. Jam 07.10 waktu Sydney kami tiba di Sydney, bandara yang menurutku masih bagusan Bandara Hassanudin Makassar. Pemeriksaan imigrasi dan barang bawaan ekstra ketat. Tas dibongkar, gunting dibuang dan laptop harus dikeluarkan dari tas untuk pemeriksaan. Nyebelin.
Jam 09.40 Sydney kami terbang menuju Wellington dengan lama penerbangan 2 jam 50 menitan. Jadi lumayan sih ga terlalu lama, soalnya sudah capek.
Kami tiba di Wellington, New Zealand jam 14.00 waktu setempat dan harus menjalani pemeriksaan bagasi lagi. Bagasi yang berisi makanan harus dibongkar, di Pilihannya ada tiga. Declare your bringing, or dispose your bringing into trash box.. dan yang terakhir kalau nggak ngaku Kena Denda NZ$ 200, kalau dirupiahin kira-kira ya Rp.1,5 jutaan.
Untungnya ada orang Indonesia yang jadi Officer untuk pemeriksaan bagasi kami. Terimakasih untuknya, soalnya kalau nggak dibantu makanan favoritku dan istriku bisa dibuang semua oleh Supervisornya. Oh iya, kalau bawa visa student tunjukkin aja, itu bisa mengurangi hukuman kok.
Saat postingan ini aku upload kami masih menginap di penampungan, kos-kosan mahasiswa yang dulu kuliah di Wellington juga. Besok mudah-mudahan sudah bisa tinggal di flat baru kami bersama empat teman lainnya.
Terus tadi temen dari Makassar yang sudah enam bulan di sini ngajak kami jalan-jalan sebentar. Ternyata di sini ada kebiasaan barang bekas pakai tapi masih layak pakai yang nggak dipakai lagi ama pemiliknya dibuang di tempat penampungan agar bisa dipakai orang lain yang membutuhkan. Bisa dicontoh nih kayaknya ma orang Indonesia.
Dari tempat itu kami mengambil 2 buah cangkir, 2 buah piring, 4 buku fiksi berbahasa Inggris dan itu gratis. Hehe..., kami jadi pemulung soalnya bekal kami memang terbatas.
Student Visa kami sampai kuliah kami selesai. Biaya kuliah sudah beres, tapi untuk biaya hidup ya harus cari sendiri dengan bekerja part time bersama istriku. Habis kuliah kami harus kerja.
bantuin saya cari ibu yang ada di newzealand
nama yus
kata orang beliau kerja d peterakan sapi d sana
kota asal bukittinggi
nama saya budi
bedhen@yahoo.com
anak.amak@ymail.com
anak ketek paibo hati
Assalamu'alikum....
Mas...
Tolong bantuin saya,, kasih informasi yang cukup, saya ingin banget bisa kuliah atau kerja di new zealand,saya sebelumnya belum pernah kerja ke luar negeri.
wassalam
allow mas andoyo...
masih tinggal di NZ kah?
saya dan pasangan ada rencana sekolah dan bekerja disana pertengahan tahun ini..
thx ya mas bwt sharingnya sangat bermanfaat bwt kami.
Untuk Mas Anak Ketek... Untuk yang bekerja di peternakan sapi saat ini saya belum memiliki akses ke sana Mas. Saya coba dulu hubungi anak2 yang di kebun, mudah-mudahan ada kabar...